Ulang tahun (kejutan)

Selain cerewet, sifat bawaan saya adalah perasa kemudian mudah menangis. Saya bisa menangis karena apa saja, yang mungkin orang lain menganggapnya biasa-biasa saja dan tak harus meneteskan air mata. Seperti nonton film hero di mana pemerannya terus survive berhadapan dengan bahaya, melihat anak kucing tercebur parit berlumpur, kelelahan karena tersesat begitu lama di jalan, belum berhasil mewujudkan cita-cita dan banyak lagi perkara biasa yang mampu menohok ulu hati.

Hari ini, satu lagi perkara yang bisa membuat mata saya panas. Ketika adik saya yang nomor lima menunjukkan sebuah poto yang di uplod ke facebook dan whatsapp. Mata saya langsung berkaca-kaca dan perut mencelos. Rasanya jantung seperti hendak keluar dari tempatnya.

Sungguh, tak pernah saya bayangkan peristiwa seperti ini bakal ada. Sesuatu yang amat sederhana, ucapan ulang tahun dan poto saya yang diedit sedemikian rupa. Inilah kado terbaik sepanjang usia. Saya bangga memiliki keluarga ini. Mereka adalah anugerah terhebat pada tiap desah nafas, inti utama dalam kekosongan hati saya. Seperti yang telah pernah saya katakan, ayah saya yang keren itu tak pernah tegoda akan program ‘cukup 2 anak’ pemerintah. Efeknya, saya bahagia tinggal dan tumbuh di tengah-tengah keluarga besar yang saat ini sudah sama dengan kesebelasan sepak bola, plus 1 wasit dan dua hakim garis. Ahh, anugerah Allah benar-benar dekat rupanya. Saya saja yang kerap menutup mata hingga tak melihat begitu banyak berkah yang Allah hadirkan.

Sebenarnya, banyak kejadian menyedihkan tiap kali pertamban usia. Hal-hal yang membuat saya pilu, lebih pilu dari hari-hari lainnya. Salah satunya pada tahun 1999,setelah saya ber-ulang tahun, esoknya emak saya berpulang menghadap Allah. Kemudian sejak saat itu saya tak suka ulang tahun. Saya enggan mengingatnya. Kalau saja tidak dikejutkan dengan poto barusan, saya lupa bahwa hari ini, tanggal 4 february, adalah peringatan di mana saya dilahirkan. Saya ulang tahun sodara-sodara. Bodoh sekali ya.

Jujur saja, beragam cerita masa lalu terus membayangi saya. Membuat saya jadi terlalu keras pada diri sendiri. Hingga berkali-kali adik saya mengingatkan agar saya ikhlas dalam setiap keadaan. Lambat laun saya semakin paham bahwa Allah telah mengatur garis nasib, tanpa terkecuali.

Usia telah bertambah, saya duduk di singgasana ke-28. Usia matang untuk lebih bertanggungjawab, lebih tawaddu’, dan lebih ikhlas dalam menapaki tiap langkah hidup. Kejutan ini, telah berhasil mengobati luka di hati. Saya senang ber-ulang tahun.

Tuhan, jika Engkau memberi kesempatan akan mengabulkan satu pinta di hari Ulang tahun saya, saya mohon, ijabah segala doa ayah dan doa keluarga saya. Aminn…

Ini kejutannya,

1

Ini dari Iin, yang sekarang stay di Banjarmasin, Kalimantan Tengah

521985_471375792917890_2020700675_n