Akan selalu ada orang-orang lucu di sekitarmu

Seorang lelaki menyapaku dari fesbuk via private message. Aku tak mengenalnya walau ternyata ia salah satu dari dua ribu-an teman di list friend ku. Eh, akhir-akhir ini aku selalu bercerita tentang orang-orang di jejaring sosial kan? Itu artinya porsi teman-teman maya dalam tulisanku, sama seperti orang-orang di dunia nyata. Ya, karena kalianlah tulisan ini tercipta.

Lelaki itu, sama perangainya dengan ratusan lelaki lainnya yang pernah kukenal. Dimulai kata pembuka boleh kenalan, kemudian tanya kabar, tanya privasi. Kalau diteruskan, pasti minta BB Pin atau nomor telpon. Cuma dua orang yang minta nomor rekening, dan beberapa minta alamat karena mau ngirim hadiah semacam buku, kerudung, juga tas. Gak ada yang ngirim berlian, emas, mobil, atau ngasi rumah. Karena saya bukan fushtun atau Vitalia Sesha.

Bagaimana rupa komunikasiku dan lelaki tersebut, bisa dilihat di bawah ini. Tanpa edit. Hanya namanya disamarkan, sebab aku menjunjung tinggi harga diri.

Lelaki : dinna gimana boleh saya dekat dgn kamu

Aku : tentu. kita nikmati saja perkawanan fesbuk ini.

Lelaki : ia sih, kita nikmatin seperti menikmati rebus singkong ame kopi di pagi hari

Aku : begitulah kira-kira

Datar sekali kan jawabanku. Persoalannya dia bertandang pada waktu yang tak tepat di saat aku sedang malas bercakap-cakap. Tapi bukan salahnya. Karena dia tak tahu apa-apa. Dan bukan maksudku untuk memperlakukannya seperti itu. Bukan juga karena melihat wajahnya yang tidak kece. Aku hanya malas bicara. Jadi, dengan jawaban datar bin hambar, kukira ia akan out dan me-remove ku dari pertemanan. Rupanya ia komentar terakhirku ia balas demikian:

Lelaki : ngomong lagh,  ngapain kakanda disana…?

See…, Gokil betul. Tanggapannya membuatku ternganga lalu tertawa geleng-geleng. Dia entah siapa, tak pernah bertemu muka, tak pernah bertegur sapa sebelumnya, tapi mengajariku peduli padanya, memintaku memanggilnya kakanda? Setelah diri sendiri, baru kali ini kutemui orang super pe-de macam dia. I’m serious! Rasa-rasanya aku sedang menyaksikan stand up comedy.

Sungguh, aku nggak marah. Tadinya aku begitu kusut dan lelah, malah terhibur karena ulahnya. Gak tau kenapa bisa lucu.

Folks, did you got this point? Bahwa, akan selalu ada orang-orang lucu di sekitarmu. Maka tak perlu alasan untuk berlama-lama dalam kesedihan bukan? Bahwa bahagia itu sederhana.

Kekasih boleh pergi, teman boleh menjauh, hidup boleh sakit, ekonomi boleh sulit, tapi tetaplah kuat. Pilihlah kebahagiaan meski tak ada hal menyenangkan. Umur terus bertambah, usia hampir menua, tubuh semakin renta. Alangkah ruginya jika dihabiskan untuk menangisi kepedihan dan kehilangan, walau semenit sekalipun.

Aku paham, ada masanya tubuh rapuh, bahkan sangat-sangat rapuh dikarenakan banyaknya masalah membebani pikiran, orang tersayang memunggungi ketulusan, bayangan masa depan begitu kelabu dan lain sebagainya. Jangan khawatir, itu normal. Sebab kodrat manusia sebagai makhluk lemah. Akupun demikian.

Tapi sekali kau menyadari segala hal yang kau alami adalah karena Tuhan, percayalah, hidupmu akan lebih mudah. Hanya saja, butuh kerendahan hati dalam ber-Tuhan. Maksudku bukan hendak menggurui. Setidaknya, mari tanyakan pada diri sendiri, kalau bukan padaNya, lantas pada siapa lagi kita akan kembali?

Sesederhana itukah? Ya, sesederhana itu. Bagaimana dengan aplikasinya? Juga sederhana. Gunakan pikiran untuk memilih bahagia. Hanya bahagia. Aku tidak menyuruhmu mengatakan hidup ini indah. Sebab indah tak indah, inilah hidup. Tapi ketika hidup menampar kita, menghajar kita sampai babak belur, kita bisa memilih apakah harus bangkit atau tidak.

Kau tahu, waktu yang paling gelap adalah sebelum matahari terbit. Jadi usah bersedih jika kau mengalami hari yang buruk, karena hari yang lebih baik menantimu.

Mau mengataiku banyak bicara? Silakan. Tapi satu hal, aku telah mengalami banyak kepahitan dalam hidup sebelum kisah ini aku tuliskan. Memang tak mudah untuk berubah. Tak mudah memilih bahagia di tengah-tengah cobaan yang terus mendera. Tapi teruslah berusaha. Karena jika mudah sekali menemukan sesuatu, maka tak berarti apa-apa. Barangkali kau sering mendengar kalimat ini: Nakhoda yang hebat tidak lahir dari laut yang tenang.

Dan hal lain, aku menyayangi kalian seperti aku menyayangi cabe rawit.